Program baru Pesantren adalah
mengajar anak jalanan yaitu Dakwah Marjinal. Peserta wajib mengajar anak
jalanan di daerah Klender, Jakarta Timur.
Setiap hari rabu dan ahad kelas
mengajar anak jalanan. Aku memilih hari rabu setelah salat magrib. Tiba di sana
sebisa mungkin jam 17.00 WIB untuk bisa mengarahkan anak-anak jalanan hadir ke
kelas.
Mengajar anak jalanan ini memberikan
aku banyak bersyukur dalam hidup ini. Masih mempunyai orang tua dan tidak perlu
kerja untuk mendapatkan uang karena bisa minta orang tua. Mengajar mereka
pertama kali seketika air mata membasahi mereka.
Kami pengajar harus mencari mereka
terlebih dahulu di jalanan karena memang kehidupan mereka memang di jalanan
unttuk mencari rezeki usia mereka pun terbilang masih kecil sekitar 5-12 tahun.
Masa-masa itu aku masih bermain-main bersama teman tanpa memikirkan untuk
berkerja seperti mereka.
Alhamdulillah, beberapa ank jalanan
hadir di Mushalla untuk belajar Iqro. Sebelum memulai belajar anak-anak
diarahkan untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat magrib berjamaah. Kami
pengajar memberikan arahan cara salat kepada anak-anak. Setelah selesai salat
dilanjut membaca iqro. Memang tidak mudah mengajar mereka, banyak tidak mau
belajar kami berusaha membujuk mereka terus menerus. Sampai-sampai ada yang
curhat belum makan jadi tidak konsen untuk belajarnya. Akhirnya, kami pengajar
membelikan makanan untuk anak tersebut. Selsai mengajar kami para pengajar
melakukan diskusi saat berdiskusi datangglah kakak-adik ini. Namanya Rian dan Sakti,
kami pengajar menanyakan, “Kenapa telat hadir.
“Maaf kak, soalnya aku sama adikku
harus jualan tissu. Tiba-tiba kakak-beradik ini menangis karena telat hadir. Kami
pengajar terasa tersentuh.
Aku langsung memeluknya dan mereka
menceritakan kenapa bisa telat hadir.
Rian dan sakti adalah kakak-beradik
orang tuanya sudah lama meninggal mereka hidup berdua di Jakarta ini dengan
menjual tissu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebenarnya mereka masih
mempunyai saudara tetapi saudranya tidak mau mengurusnya. Akhirnya, mereka memilih
untuk hidup berdua. Tidak punya tempat tinggal kadang pindah-pindah tempat
tidur. Pakaiannya pun menyengat sekali seperti bau dan sakti mempunyai masalah
pada telingganya sering mengeluarkan cairan yang menyengat.
Bersyukurlah dengan hidup yang
dimiliki tanpa harus mengeluh. Cobalah, sejenak tengok mereka yang berada di
bawah tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan. Mempunyai rumah sebagai
tempat tinggal untuk berteduh di kala hujan dan terik matahari yang menyengat,
pakaian yang bersih, wangi dan bagus, kendaraan yang bagus dan lain-lainnya.
Alhamdulillahh, ada donatur yang mau
memberikan pakaian, buku dan sejumlah uang untuk anak jalanan. Kami para
pengajar membuat liburan untuk anak-anak jalanan berenang. Mereka pun senang
bisa berenang gratis.
Kami pengajar berdiskusi untuk
membuat acara untuk anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan yang ikut ada 11 orang
dan Pengajar ada 6 orang.
No comments:
Post a Comment