Sunday, November 3, 2019

Dakwah Marjinal (Part 3)






Program baru Pesantren adalah mengajar anak jalanan yaitu Dakwah Marjinal. Peserta wajib mengajar anak jalanan di daerah Klender, Jakarta Timur.

Setiap hari rabu dan ahad kelas mengajar anak jalanan. Aku memilih hari rabu setelah salat magrib. Tiba di sana sebisa mungkin jam 17.00 WIB untuk bisa mengarahkan anak-anak jalanan hadir ke kelas.

Mengajar anak jalanan ini memberikan aku banyak bersyukur dalam hidup ini. Masih mempunyai orang tua dan tidak perlu kerja untuk mendapatkan uang karena bisa minta orang tua. Mengajar mereka pertama kali seketika air mata membasahi mereka.

Kami pengajar harus mencari mereka terlebih dahulu di jalanan karena memang kehidupan mereka memang di jalanan unttuk mencari rezeki usia mereka pun terbilang masih kecil sekitar 5-12 tahun. Masa-masa itu aku masih bermain-main bersama teman tanpa memikirkan untuk berkerja seperti mereka.

Alhamdulillah, beberapa ank jalanan hadir di Mushalla untuk belajar Iqro. Sebelum memulai belajar anak-anak diarahkan untuk mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat magrib berjamaah. Kami pengajar memberikan arahan cara salat kepada anak-anak. Setelah selesai salat dilanjut membaca iqro. Memang tidak mudah mengajar mereka, banyak tidak mau belajar kami berusaha membujuk mereka terus menerus. Sampai-sampai ada yang curhat belum makan jadi tidak konsen untuk belajarnya. Akhirnya, kami pengajar membelikan makanan untuk anak tersebut. Selsai mengajar kami para pengajar melakukan diskusi saat berdiskusi datangglah kakak-adik ini. Namanya Rian dan Sakti, kami pengajar menanyakan, “Kenapa telat hadir.
“Maaf kak, soalnya aku sama adikku harus jualan tissu. Tiba-tiba kakak-beradik ini menangis karena telat hadir. Kami pengajar terasa tersentuh.

Aku langsung memeluknya dan mereka menceritakan kenapa bisa telat hadir.
Rian dan sakti adalah kakak-beradik orang tuanya sudah lama meninggal mereka hidup berdua di Jakarta ini dengan menjual tissu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebenarnya mereka masih mempunyai saudara tetapi saudranya tidak mau mengurusnya. Akhirnya, mereka memilih untuk hidup berdua. Tidak punya tempat tinggal kadang pindah-pindah tempat tidur. Pakaiannya pun menyengat sekali seperti bau dan sakti mempunyai masalah pada telingganya sering mengeluarkan cairan yang menyengat.

Bersyukurlah dengan hidup yang dimiliki tanpa harus mengeluh. Cobalah, sejenak tengok mereka yang berada di bawah tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan. Mempunyai rumah sebagai tempat tinggal untuk berteduh di kala hujan dan terik matahari yang menyengat, pakaian yang bersih, wangi dan bagus, kendaraan yang bagus dan lain-lainnya.

Alhamdulillahh, ada donatur yang mau memberikan pakaian, buku dan sejumlah uang untuk anak jalanan. Kami para pengajar membuat liburan untuk anak-anak jalanan berenang. Mereka pun senang bisa berenang gratis.
Kami pengajar berdiskusi untuk membuat acara untuk anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan yang ikut ada 11 orang dan Pengajar ada 6 orang.


No comments:

Post a Comment

5 Cara Agar Produktif Selama Masa Karantina #DirumahAja #MelawanVirusCorona

(Source: Unsplash) Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Bagaiamana kabarnya teman-teman? Semoga sehat selalu ya. Ikut...