Saturday, September 28, 2019

Resensi Buku "Bebas Takut Hamil dan Melahirkan"









A.  Identitas Buku

Judul               : Bebas Takut Hamil dan Melahirkan (Panduan Praktis Persalinan yang Nyaman dan Minim Trauma)

Penulis             : Yesie Aprillia

Penerbiit          : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit    : 2018

Jumlah Halaman : x + 213 hlm

B.     Sinopsis

Kehamilan adalah anugerah yang indah dan nikmat. Tak ayal, kadang kita mendapat berbagai kisah dan anjuran yang malah membuat kita takut. Tenang, buku ini akan membekali kita tentang apa saja yang perlu dipersiapkan selama kehamilan dan menjelang persalinan.

Anda akan mengetahui :
·           Nutrisi yang diperlukan oleh tubuh kita dan janin sesuai usia kehamilan;
·           Gerakan dan olahraga yang bisa kita lakukan agar mengurangi rasa sakit ketika persalinan;
·           Pengetahuan tentang gentle birth;
·           Persiapan suami dan pendamping untuk mendukung kenyamanan istri;
·           Memilih cara persalinan yang sesuai dengan keinginan kita;
·           Saran dan fakta lainnya.

Menjadi bidan sekaligu penulis buku ia juga menulis di web www.bidankita.com. Penulis juga pelatih gentle birth di Indonesia, dosen dan bidan yang berkompenten, yang memberikan manfaat bagi ibu hamil dan melahirkan. Ia memiliki sebuah klinik yaitu Klinik Bidan Kita, yang meberikan perawatan ibu dan bayi serta gentle birth. Ia juga merupakan pendiri Keluarga Gentle Birth-sebuah komunitas untuk mendukung dan memberdayakan wanita. Sering memberikan informasi seputar kehamilan dan melahirkan di IG: Bidankita, Fb : Bidankita, Youtube: Bidankita dan lain-lainnya.
Sebelum menulis buku ini, penulis sudah menulis enam buku, yaitu Hipnostetri, Siapa Bilang Melahirkan itu Sakit, Gentle Birth, The Art of Waterbirth, Gentle Birth Balance, dan Catatan Ayah Pintar.

Buku ini wajib dimiliki oleh ibu hamil banyak informasi yang didapatkan untuk bisa memperdayakan proses hami dan melahirkan yang nyaman dan minim trauma dalam melakukan persalinan yang akan dijalanin setiap wanita. Buku ini dilengkapi dengan mini coloring book yang bisa dimanfaatkan ibu hamil untuk memberkan afirmasi positif.


“Anda mungkin tidak punya banyak pilihan terhadap apa yang akan Anda terima dan alami. Namun, Anda punya banyak pilihan untuk memberdayakan diri, menyiasati, dan mengupayakan yang terbaik.” – Yesie Aprillia-


Hal yang penting yang dilakukan ibu hamil untuk diperhatikan adalah napas, pikiran/mental, tubuh, dan keseimbangan dari ketiganya.

Beberapa kunci untuk bisa melahirkan secara nyaman dan minim trauma:
1.      Knowledge
2.      Mindfulness and Awareness
3.      Healing Trauma
4.      Breathe
5.      Relax Mind
6.      Mind, Baby, and Body Balance
7.      Movement and Gravity during Pregnancy and Labor
8.      Gentle Birth Support, Partner, and Provider

Perlu diketehui tentang Gentle Birth.

Gentle birth adalah filosofi persalinan yang mengutamakan ketenangan, kelembutan, dan pemanfaatan semua unsur alami dalam tubuh manusia. Penolong dan pendamping harus membantu dengan tenang dan suara yang lembut sehingga pada saat bayi lahir, suasana di sekelilingnya tenang, hening, dan penuh kedamaian. Proses persalinan yang tenang, lembut, santun, dan minim trauma ini bukanlah sebuah standard operating procedure (SOP) atau seperangkat aturan yang harus diikuti.
Gentle birth memandang proses melahirkan sebagai proses terindah dan penuh cinta kasih sehingga sudah selayaknya dilakukan dengan nyaman. Sosok yang mendampingi dan menolong pun harus memberikan kebebasan pada ibu untuk memilih cara bersalinnya, selama ibu dan bayi nyaman.


“Cinta tubuhmu dan dirimu terlebih dahulu, baru kamu bisa mencintai orang lain, termasuk janin dan kandunganmu.” –Yesie Aprillia-


Afirmasi Gentle Birth :
·         Bayi lahir tanpa ngeden/meneran, diikuti keluarnya plasenta.
·         Tidak ada robekan jalan lahir, pastikan uterus kontraksi.
·         Tidak lebih dari 10 menit sudah melahirkan.
·         Persalinan cepat, normal, nyaman, aman, spontan dan minim trauma.
·         Janin mencari jalan hari yang tepat pada waktunya.
·         Napas selalu teratur setiap pembukaan.
·         Induksi alami.
·         Perineumku utuh.
·         Lahiran ditemani suami tercinta.
·         Ibu dan anaknya sehat-selamat.
·         Posisi bayi optimal, sudah dipanggul.
·         Tumbuh kembang dengan sempurna, lengkap, sehat dan kuat.
·         Ketuban pecah saat pembukaan 9/10.
·         Asi lancar langsung keluar.


Rawat tubuhmu dan bayimu, diantaranya:

·         Nutrisi
Pertahankan asupan nutrisi yang sehat dengan rasio 70% karbohidrat: 15% protein: 15% lemak. Minum air mineral minimal 3 liter per hari sampai menyusui. Makanlah dengan jumlah kalori yang cukup. Untuk ibu hamil, setidaknya Anda memerlukan 300 kalori lebih banyak dibanding biasanya.

·         Protein
Kebutuhan protein Anda akan meningkat sekitar 30% selama kehamilan.

·         Zat besi
Anda membutuhkan kebutuhan zat besi yang semakin banyak pada masa kehmailan. Selain menutupi kehilangan basal, zat besi juga berfungsi untuk pembentukan sel-sel darah merag yang bertambah banyak, kebutuhan plasenta serta janin dalam kandungan selama kehamilan.

Buku ini sangat bermanfaat bagi ibu hamil. Sebuah afirmasi positif agar proses yang akan dijalanin terasa mudah dan nyaman. Setiap tubuh ibu hamil memang berbeda-beda tidak bisa disama ratakan kondisinya. Maka, perlunya kita membca dan mencari informasi apa yang terjadi di dalam tubuh kita. Kuasai nafas dan pikiran yang postif. Kehamilan adalah anugerah yang Allah ciptakan untuk setiap wanita dan pahala yang dilipatgandakan. Maka, sambutlah kehamilan dengan rasa bahagia atas anugerah yang Allah berikan. Tidak semua wanita bisa merasakan kehamilan seperti butuh perjuangan dan tantangan yang dirasakan. Begitu pun ibu hamil mempunyai perjuangan dan tantangan agar segera bertemu buah hati yang dinantikan.
           



10 Sifat – Sifat Al-Quran yang perlu Anda Ketahui



Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh !!!

Pentingya kita mengetahui sifat-sifat al-quran agar makin paham dan mengerti.

Yuk, simak dan pahami !!!

Banyak sifat-sifat al-quran yang menunjukkan keagungan dan kemulian kitab ini serta ketinggian kedudukannya di dalamnya. Pentingnya mempelajari dan memahami sifat al-quran ini agar mendapatkan kemulian di sisi-Nya. Begitu nikmat saat kita membaca al-quran maupun mendengarkan al-quran yang dibacakan orang lain, dan di antara sifat-sifat tersebut adalah :
1.      Tidak ada keraguan padanya.

Sungguh jangan pernah ragu pada Al-quran, isi dunia ini pun terdapat di dalam Al-quran yang mulia. Maka, amalkan isi yang ada di dalamnya tanpa ada keraguan apa pun.

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

 “Kitab (al-quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Surah Al-Baqarah: 2).


2.      Kitab yang mengandung hikmah.

Terdapat banyak hikmah di dalamnya yang bisa kita pelajari, membacanya pun mendapat pahala 10 kebaikan dalam satu huruf. Bagaimana bila kita membacanya setiap saat begitu banyak pahala yang di dapat.

الر ۚ تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ

Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat al-Kitab (al-quran) yang mengandung hikmah.” (Surah Yunus: 1).

3.      Kitab yang jelas.

Tentu saja kita ini sangat jelas dan mulia setiap ayatnya mengandung kejelasan arti dan maksud di dalamnya. Agar mudah untuk dipelajari dan diamalkan.

الر ۚ تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ

“Alif Lam Ra. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-quran) yang jelas.” (Surah Yusuf: 1)

4.      Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan sempurna serta dijelaskan secara terperinci.

الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ

Alif Lam Ra. (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan sempurna serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijakasana lagi Mahateliti.” (Surah Hud: 1).

5.      Kitab yang mengumpulkan segala sesuatu.

Kitab (Al-quran) ini memang bukan sembarangan dilakukan, banyak hikmah di dalamnya yang perlu diketahui. Mendapatkan informasi setiap kejadian yang ada dan mengumpulkannya tidaklah mudah penuh perjuangan.

مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ

“Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab. (Surah Al-An’am: 38).

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ 

Dan Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-quran) sebagai penjelasan bagi segala sesuatu.” (Surah An-Nahl: 89).

6.      Kitab yang penuh berkah.

Banyak keberkehan di dalam Kitab (al-quran) yang perlu diketahui dan mempunyai arti yang banyak manfaat di dalam kehidupan.

وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

 “ Dan inilah adalah Kitab (Al-quran) yang kami turunkan dengan penuh berkah. Maka ikutilah ia.” (Surah Al- An’am: 155).

7.      Kitab yang benar.
المر ۚ تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ ۗ وَالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ

“Alif Lam Ra. Ini adalah ayat-ayat al-Kitab (al-quran). Dan (kitab) yang diturukan kepadamu (wahai Rasul) dari Tuhanmu itu adalah benar.” (Surah Ar-Rad: 1).


8.      Kitab yang sangat mulia.

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ

 Sesungguhnya ia benar-benar Al-Quran yang sangat mulia.” (Surah Al-Waqiah: 77).

9.      Kitab yang mulia.

“Dan sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-quran ketika (Al-quran) itu disampaikan kepada mereka (itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-quran) itu adalah Kitab yang mulia (yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.” (Surah Fushsilat: 41-42).

10.  Kitab yang membenarkan.

وَهَٰذَا كِتَابٌ مُصَدِّقٌ لِسَانًا عَرَبِيًّا

 “Dan (al-quran) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam Bahasa Arab.” (Surah Al-Ahqaf: 12).


Semoga bermanfaat !!!

Sujudku



Hembusan nafas tersengal-sengal
Tersungkur tak berdaya
Bersimbah tanah

Isak tanggis membasahi pipi
Getaran hati mulai terasa

Detak jantung mulai berdetak
Hingga aku bersujud pada-Nya
Terasa dekat,
Terasa nikmat,
Terasa cinta-Mu mulai bergemuruh

Pada dinding semesta
Tak terbendung
Menyebut Asma-Mu yang indah
Terdengar indah
Kuserahkan nyawa dan ragaku
Pada-Mu
Aku takluk,
Aku tunduk
Oleh cinta-Mu

Tempat Usang



Tak layak untuk ditepati
Rapuh dan usang menyelimuti setiap ruang-ruang lazuardi

Mencekam suara petir yang menggelegar
Matahari yang menyenggat tubuh ini

Lubang-lubang terlihat jelas
Binatang-binatang datang silih berganti
Terdengar suara-suara kayu yang rapuh

Ayah dan ibu membatin di dalam hati
Tempat yang tak seharusnya ditepati
Hanya ada kardus dan kain

Tinggal dibawah kolong jembatan yang terdengar kenderaan berteriak setiap harinya
Di mana harus mencari tempat yang tenang
Bersyukur ...
Itu yang selalu dilontarkan ayah dan ibu
Karena dengan bersyukur hidup akan terasa tenang

Wednesday, September 25, 2019

Merindu



Pagi memberikan semangat
Siang membawa pada harapan
Sore memberi warna
Malam menawarkan pesonanya

Masih saja aku merindu
Iya, merindu
Sebuah kenangan manis
Dan impian

Tapi
Kita tidak mungkin bersatu
Terhalang tembok yang tak menentu
Pada tujuan untuk bisa bersatu

Merindu
Memang tidak bisa dihindari
Pada akhirnya merindu itu tiada henti

Ah, merindu
Masa saja berkeliaran di dalam pikiranku
Seperti orang yang tidak tertuju
Akhirnya hanya menjadi debu

Masih tentang merindu
Merindu tanpa pasti
Tanpa henti

Tuesday, September 24, 2019

Reuni Pengajar Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan Tahun 2018.




Entah kenapa tangan ini ingin menulis pengalaman saya mengajar di Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan.

Kalau lihat grup ini, dulu pengajarnya baru 6 orang tahun 2016, sekarang sudah mencapai 100 orang. MasyaaAllaah, makin bertambah.

Grup ini juga dulu, tempat enam jomblo saling mem-bully (jangan ditiru hanya becanda).

Iyaa, saya tergabung sekitar tahun 2016 di KOPPAJA (Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan). Para pengajarnya dari Santri BIK yaitu, Kak Ratna, Kak Ulya, Kak Nisa, Kak Fajar, Kak Aziz dan saya sendiri.

Kami mengajar di Mushalla daerah Klender deket pertingaan jalan. Mengajar setiap hari Rabu setelah Mahgrib. Di mulai dengan salat Magrib berjama'ah, mengajari mereka cara salat dan bacaan salat yang baik dan bener, InsyaaAllaah.

Banyak pengalaman selama mengajar mereka. Bermain sambil belajar, membaca iqro bersama, mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan Kakak Pengajar dan masih banyak lagi.

Aahhh, rasanya rinduuu ....

Susah diatur, iya begitulah anak-anak. Kami pun memahami mereka. Harus sabar, itu pasti semua anak kecil taunya ingin bermain saja, ada yang mau belajar dan tidak mau belajar. Tapi kami berusaha mereka semua bersemangat belajar.

Yang membuatku sedih, mereka harus mengamen di Jalanan, pernah terlihat oleh kakak pengajar, mereka tertangkap Satpol PP. Ya Allaah, sedih rasanya. Perjuangan mereka begitu berat dari kecil. Di sini aku banyak belajar dari mereka.

Senyumnya mereka adalah kebahagiaan.
Canda tawa mereka adalah penyejuk hati.
Kesedihan mereka adalah luka bagi kami.

Bersyukur lah atas semua yang kita punya tanpa harus mengeluh. Coba, lihat mereka yang di Jalanan berjuang tanpa mengenal lelah. Untuk bisa bertahan hidup.

Alhamdulillah, sekarang makin banyak pengajar yang lebih berkompeten, ilmunya lebih banyak dibandingkan saya yang masih banyak belajar ini.


Alhamdulillah, Reuni dengan adik-adik dan ibu-ibu terlaksana. Minus Ka Ulya dan Suami, Kak Fajar dan Nunik.

Dulu pengajarnya masih pada jomblo, Alhamdulillah sekarang udah pada dateng dengan pasangannya masing-masing, ada yang sudah punya anak juga.

Rata-rata bertemu jodohnya di Pesantren Bina Insan Kamil. Ternyata jodohnya deket :)

Di awali dengan;
Kak Ratna dan Kak Hadi,
Aku dan Suami,
Kak Ulya dan Suami,
Kak Fajar dan Nunik,
Kak Nisa dan Suami,
Kak Aziz dan istri.

Alhamdulillah, semoga persahabatan kita sampai ke Surga-Nya, Aamiin ya Allaah.

REVIEW FILM HAYYA (score 6.9) - Contain view of Spoilers -



Kadang saya bingung, mau mengupas sebuah film itu, apakah dari sisi baiknya dulu atau dari kelemahannya dulu.

Yang pasti, film Hayya ini punya dua sisi tersebut. Baik dari segi cerita maupun teknis, meski sisi terakhir bisa kita maklumi bersama karena keterbatasan dana.

Film ini dibuka dengan cukup apik, di mana Adin (Adhin Abdul Hakim) memulai cerita dengan adegan lelarian bersama Hayya (Amna Shahab) dengan diiringi sebuah voice over menarik tentang makna hijrah bagi Adin. Dia memberikan tamtsil (perumpamaan) bahwa hijrah itu seperti lari marathon, semua pengen buru-buru meninggalkan start point dan mencapai garis finish. Meski di tengah perjalanan, punya resiko kehabisan tenaga, lelah dan sebagainya. Namun di garis finish ada kemenangan, di mana tentu dimaksudkan di sini adalah surga dan keridhaan-NYA.

Secara pengadeganan, ini menarik karena meski tak 100% tamtsil ini kita sepakati, namun di sini menunjukkan adanya kekuatan penulisan dialog di dalam adegan yang memang cukup nyambung dengan apa yang disajikan dalam visualnya. Ngomongin marathon dalam adegan sedang berlarian.

Belum lagi Ketika bergeser saat Rahmat (Fauzi Baadila) dan Adin yang ke Palestina. Secara visual cukup menarik walau sedikit kaku secara pengadeganan.

Sayangnya beberapa hal cukup mengganggu bagi saya di film ini.

Saya merasa dalam sisi penulisan naskah ada kelemahan yang sangat mendasar. Beberapa adegan tidak penting bisa masuk ke dalam film tanpa adanya signifikasi editing. Sementara ada adegan yang hilang, padahal itu cukup penting. Entah, apa mungkin ini karena campur tangan Mba Asma Nadia, selalu penulis novelnya yang langsung handle penulisan skenario di film ini, which is actually penulis skenario itu tidak lah sama dengan penulis novel. Karena novel dan film adalah media yang berbeda, punya bahasa komunikasi yang tak sama. Penulis novel, Ketika dia membuat skenario, ingin semua adegan yang dia create dalam cerita di novel, bisa divisualkan dalam filmnya. Tanpa memikirkan sisi estetika dan urgensinya. Padahal, kalo kata dosen saya dulu, bang Armantono, adegan dalam film itu hanya hal-hal yang penting diketahui oleh penonton saja, bukan sesuatu yang semua bisa dimasukkan ke dalamnya jika tak punya kontribusi kuat dalam pembangunan cerita.

HAL-HAL TIDAK PENTING

Hal tidak penting yang masuk dalam adegan, misalnya; saat di adegan awal pelarian Hayya bersama Adin dari kejaran tim Aman Palestin dan pihak kepolisian, kemudian Adin dan Hayya dibuat bertemu sama lelaki-lelaki banci. Hal ini tidak punya kontribusi signifikan bagi cerita kecuali hanya efek dimensional-nya saja yakin hiburan kelucuan semata.

Okay, mungkin ada pesan tertentu terkait LGBT yang mau disampaikan dalam adegan ini. Tapi banci masuk frame dalam film islami, sudah sepatutnya dipertimbangkan lagi, apakah layak atau tidak untuk ditampilkan. Belum lagi olah dialog yang menyebut banci tersebut sebagai, "manusia lendir." Maka ini akan sedikit bergeser dari kesan dakwah dan tontonan yang "aman." Jika adegan ini diganti dengan treatment kekonyolan lain pun masih bisa, tanpa harus menghadirkan banci-banci di dalamnya.

Ada pula, adegan ketika Rahmat dan Adin bertemu kembali dengan Ust. Erick Yusuf dan tim Aman Palestin. Sebelum membicarakan inti dari pertemuan mereka, sempat ada dialog yang "ngalor-ngidul" dan tak fokus atau tak berkaitan langsung dengan cerita utama, meski bernilai dakwah. Di sini indikasi yang saya maksud bahwa boleh jadi, penulis novel ingin memasukkan unsur dakwah islam dalam guratan novelnya, namun ketika berbicara media film, maka stigma ini harus disesuaikan lagi. Tak bisa memaksakan setiap adegan sesuai dengan novelnya dan tidak setiap konten (meski baik), harus masuk ke dalam frame. Adegan percakapan tersebut, merasa "wasting of time" saja pada akhirnya. Padahal, editor mampu membuang part itu tanpa masalah berarti.

HAL PENTING YANG TERLEWAT

Berkebalikan dengan hal sebelumnya, ada part penting yang justru dilewatkan tanpa diberikan porsi adegan yang cukup di dalamnya. Yakni saat Hayya dan Ricis (Ria Ricis) masuk ke dalam rumah Abah saat Rahmat hendak lamaran pada keluarga Hasan (Meyda Sefira). Abah yang kaget karena Hayya memanggil Rahmat dengan sebutan Abi dan Ricis menyebut dirinya Ummi, membuat semua orang salah faham dan Abah pun pingsan.

Di adegan ini, setelah Abah pingsan, langsung jumping ke adegan di mana semua tiba-tiba sudah memaafkan dan memaklumi Rahmat. Padahal, tensi saat itu sedang meninggi, harusnya "digebrak" lagi intensitasnya dengan meledaknya kekecewaan Hasna dan semakin gencarnya tuduhan Bibi (Asma Nadia) pada Rahmat. Dibuat Rahmat kebingungan bagaimana menjelaskannya sehingga mereka bisa memahami hal tersebut di scene selanjutnya. Adegan ini malah hilang, entah dipotong atau memang tak pernah dibuat sama sekali. Jika memang begitu, maka memang sejak awal informasi ini tidak ingin dihadirkan dan membuat adegan memiliki penyelesaian yang sangat dipaksakan.

ADANYA MISKONSEPSI

Entah apa yang ada di benak sang sutradara, Jastis Lig, eh maksudnya Jastis Arimba, sehingga memasukkan beberapa adegan ambigu yang tak punya kekuatan motivasi serta miskonsepsi.

Misal, adegan di mana Hayya hadir pertama kali di rumah Rahmat. Jastis Arimba malah menampilkan adegan tersebut dengan konsep film horror dengan diawali mati lampu atau ada sedikit korsleting pada listrik di rumahnya. Hayya dimunculkan sekelebat di background agar kesan misteriusnya kian menguat. Ditambah lagi dengan music score yang makin lama makin suspense. Padahal, penonton dari awal sudah tahu bahwa Hayya akan ada bersama Rahmat di hampir sepanjang film. Sehingga pasti dalam alam bawah sadar penonton, mereka sudah tidak akan surprise lagi dengan kehadiran sosok Hayya di situ.

Jika ia mau, justru pengadeganan bisa diganti dengan misal, Rahmat pulang ke rumahnya dalam kondisi lelah. Ia meletakkan koper-kopernya di dalam kamar. Ia kemudian ke ruang tengah untuk sekedar menonton berita di TV sembari sejenak merebahkan tubuhnya. Cut to scene di dalam kamar, tiba-tiba koper milik Rahmat terbuka sendiri yang ternyata di dalamnya ada Hayya yang sedang bersembunyi. Kemudian Hayya pun show herself di hadapan Rahmat.

Hal ini lebih memberi kesan surprise bagi para penonton, ketimbang adegan itu ditunjukkan dalam bentuk flashback.

Miskonsepsi berikutnya adalah ketika ada adegan "audisi" mencari babysitter untuk Hayya. Makin ga jelas mau ngapain dengan adegan itu. Sampai-sampai ada adegan di mana teman saya, Burhan R Hazami harus berperan sebagai 'sosok wanita yang terjebak dalam tubuh pria.' Lucu sih, namun lagi-lagi muncul unsur LGBT di adegan ini. Apalagi memunculkan tokoh yang auratnya belum tertutup rapi tanpa alasan yang kurang signifikan. Ini bisa memunculkan kesan negatif tersendiri bagi film ini.

Kenapa ini miskonsepsi? Mungkin Jastis Arimba ingin memberikan nuansa horror dan komedi di adegan-adegan tersebut. Namun sayang, konsep nya ini terlalu dipaksakan. Adegan maupun plot bisa berjalan lebih baik jika konsepnya tak dibuat seperti itu.

PLOT HOLE

Tak pelak lagi, pasti ada plot hole (lubang plot) yang sedikit menganga di film ini. Semisal alasan yang kurang kuat dari Rahmat untuk "keep Hayya safe with him." Impact dari hal tersebut justru tak diperhitungkan oleh Rahmat. Meski ini memang jadi "bumbu konflik" utama dalam film, namun delivery motif yang kurang, membuatnya jadi kurang reasonable. Andaikata Rahmat mengembalikan Hayya ke Aman Palestin, kemudian diciptakan satu tokoh jahat yang menyamar menjadi salah satu crew, yang ternyata belakangan diketahui adalah seorang pelaku human trafficking, maka baru di situlah Rahmat punya alasan cukup kuat untuk "mengamankan" Hayya dengan jalannya sendiri, karena dunia di sekitar nya mulai tak bisa dipercaya.

RIA RICIS

Meski sosoknya cukup kontroversial di kalangan ibu-ibu dan penikmat YouTube, tapi Ricis lah yang membuat film ini lebih hidup. Actingnya yang jadi cewek asal Malaysia, sangat menghibur. Bahkan shift emosinya pun bagus, dari riang ke emosi cemas, takut maupun sedih. Tanpa kehadiran Ricis, film ini seakan kehilangan ruh dan berpotensi membuat ngantuk penontonnya. Apalagi plot yang cenderung flat di pertengahan film. Ricis yang membantu mendongkrak keseruan film dari pertengahan hingga akhir film. Thanks to ALLAH for choosing Ricis in this film.

Peran Hamas Syahid yang tampak tak terlalu penting, hanya menjadi sekedar pemanis semata di film ini. Sangat 'kebanting' dengan sosok Ricis yang amat berperan dalam development cerita dan karakter.

Hayya sendiri, meski di beberapa part ia bisa melakukan tugasnya dengan cukup baik, tapi pertumbuhan karakternya kurang diperhatikan. Sehingga kehadirannya masih belum maksimal, meski ia berhasil menjadi sosok yang men-drive jalannya cerita.

Cerita Hayya ini jika dibuat dengan pendekatan yang lebih baik, akan sangat bagus. Beberapa waktu lalu, saya dan istri menonton film India di laptop, besutan sutradara sekaligus aktor, Aamir Khan. Judulnya, "Like Stars on Earth." Di mana berkisah tentang Ishaan, seorang anak diseleksia yang "dipaksa" bersaing dengan anak-anak normal di sekolah umum. Pendekatan dan point of view yang digunakan Amir Khan di film ini sangat keren untuk menggambarkan kegalauan dan kebimbangan sosok Ishaan dalam menghadapi realita dunia. Seharusnya sosok Hayya yang traumatik akibat benturan di negeri konflik, bisa lebih diulik sehingga menjadikannya karakter dan cerita yang menarik.

SISI SYARI'AT

Jika saya di sini berperan sebagai kokohiyyun, pasti akan banyak cela yang terlontar untuk film ini dari segi syari'at. Meskipun secara realita, itu bukan sisi dominan yang ada dalam film ini. Tapi itulah mereka yang memang suka tajassus (mencari-cari kesalahan). Film ini akan tertahdzir habis dari beberapa sisi mengacu pada adegan (dengan mengesampingkan sementara soal khilafiyah musik dalam Islam).

Di film ini, memang banyak pesan positif yang coba diselipkan, namun belum sepenuhnya mampu menghindarkan dari sisi pelanggaran dalam syari'at. Selain masalah "LGBT" yang disinggung dalam beberapa part, ada beberapa masalah "perintilan" lainnya dalam film ini.

Misal, hal kecil, pemilihan diksi yang digunakan baik Rahmat maupun Adin yang kadang masih 'kasar.' Ini sedikit mencederai film dakwah. Meski ingin menggambarkan sosok karakter baru hijrah dari dunia nyata. Karena fakta berbicara, terkadang di kalangan aktifis masih saja ada yang melontar kata kurang pantas, seperti "sh*t" atau "tel*k." If you know what I mean. Colek Arief AbdurRachman, Prima Virdana, Oscar.Arsya Saimima :D

Belum lagi batas-batas etika ta'aruf antara Rahmat dan Hasna yang sedikit diabaikan. Di mana terkadang mereka bisa mengobrol bebas berdua baik langsung maupun telepon. Meski pembicaraannya lebih progresif soal pernikahan, bukan kegombalan yang banyak hadir di film lain.

SISI TEKNIS

Overall, tidak terlalu banyak masalah di sisi ini. Meski ada beberapa scene yang kurang smooth editingnya, atau pengadeganan yang agak kaku, dan penggunaan efek yang belum maksimal. Contohnya ketika adegan menjelang ending, ada scene dengan petir menyambar, tapi tanpa didukung oleh lighting effect sama sekali.

Camera movement sih udah oke, pun pemakaian FPS (frame per second) yang sudah cukup pas untuk adegan slowmotion-nya.

Keterbatasan budget, tentu jadi kendala tersendiri di dalam pembuatannya dan ini sangat dimaklumi.

Dan saya juga memberi credit adanya planting dan pay off yang pas di film ini meski saya sudah dari awal bisa menduganya. Misal adegan Rahmat menyuruh Adin membeli cincin untuk Hasna pada scene planting, dan pay off-nya adalah ketika Hasna kaget pada cincin yang diberikan oleh Rahmat.

So, skor 6.9 saya pandang, "Fair Enough!" untuk memberi rate film ini. Film yang sarat edukasi meski tak menafikan adanya banyak kekurangan di sana sini. At least, ini masih bisa dibilang slightly better dari film prequel-nya, 212: The Power of Love. Semoga film selanjutnya bisa terus berbenah dan lebih baik.

========

*dari yang masih bodoh dan berupaya terus belajar bikin film yang baik, akhukum al faqir, Muhammad Valdy Nur Fattah

5 Cara Agar Produktif Selama Masa Karantina #DirumahAja #MelawanVirusCorona

(Source: Unsplash) Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Bagaiamana kabarnya teman-teman? Semoga sehat selalu ya. Ikut...