Judul
Novel :
Azimah (Derita Gadis Aleppo)
Penulis :
Arum Faiza
Penerbit :
Tinta Medina, Tiga Serangkai
Cetakan :
Pertama, November 2017
Tebal Halaman :
vii, 408 hlm
Ukuran :
20 cm
Azimah
memiliki harapan sederhana, bisa merayakan tahun baru bersama keluarga di tahun
berikutnya. Malam pergantian tahun adalah saat ia bisa berkumpul dengan segenap
keluarga, menikmati langit Aleppo dengan kembang api sukacita.
Namun,
semua berubah sejak Abi Syarif yang dijuluki Macan Aleppo pergi ke Kota Darra,
awal gejolak Perang Suriah pecah. Setelah kejadian itu, malaikat maut tanpa
ampun menjemput Umi Fatemah serta ketiga saudaranya dengan kejadian dan cara
yang berbeda-beda.
Lantas,
bagaimana Azimah menjalani sisa hidupnya seorang diri tanpa ada orang-orang
tercinta di sekelilingnya? Temukan kisah inspiratifnya dalam novel ini.
Review
Tokoh : Azimah (Derita Gadis Aleppo)
Novel
ini menceritakan kisah seorang gadis kecil yang berusia empat tahun bernama
Azimah Assalamah. Azimah adalah gadis kecil yang polos, ceria, manja, periang
dan penuh pertanyaan. Azimah hidup bersama keluarganya Abdoulah Kareem Syarif
biasa dipanggil Abi Syarif yang berusia 45 tahun, Umi Fatemah yang berusia 43
tahun, Kak Arram Thalib Syarif, Kak Barend Qodri Syarif dan Dek Halabi. Keluarga
ini sangat kental dengan agamanya. Abi Syarif dan Umi Fatemah mengajarkan
mereka untuk menghafal al-qur’an sepanjang hidupnya.
Azimah
tinggal di kota Aleppo. Rumahnya bernuansa istana terlihat sangat mencolok di
antara deretan rumah. Arisetekturnya yang bisa dikatakan tak ada duanya membuat
semua orang setuju bahwa rumah itu adalah rumah yang sangat indah. Sebagian orang
menganggap rumah itu adalah rumah yang paling cantik di Kota Aleppo. Dua pilar
pencakar langit berwarna emas, penopang balkon depan rumah itu dan juga gerbang
otomatis berwarna emas yang mengesankan, menandakan betapa suksesnya sang
pemilik rumah (hlm. 2).
Azimah
mempunyai boneka kesayangannya yang bernama Aisyah. Beberapa kali tangan Azimah
menggerakan kelima jemarinya menyisir rambut Aisyah. Aisyah adalah nama yang
diberikan Azimah kepada boneka barbie berambut ikal panjang berkulit
putih. boneka ini hadiah dari Abi ketika dia baru saja masuk kelas pertamanya
di sebuah sekolah bernama Mabadi al-Khamsah, sekolah setaraf PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini). (hlm 17-18).
Keluarga
ini hidup dengan bahagia. Tetapi kebahagiaan itu hanya sementara. Tiba-tiba Abi
Syarif harus dipanggil oleh Allah swt. Abi terkena peluru nyasar. Proyektil itu
menembus langsung tepat di dada arah jantung, menembak kulit, merobek daging
dan pembuluh darah. Proyektil dengan kecepatan tinggi itu menembus daging dan
otot Abi. (hlm 69).
19
juli 2011 merupakan awal gejolak perang di Aleppo. Bom menyerang di Kota Aleppo
(hlm. 104).
Sekolah
Kak Arram telah dijatuhkan bom sehingga sekolahnya runtuh dan rumah sakit yang
berdekatan pun runtuh akibat bom. Akhirnya, Kak Arram menyusul Abi Syarif ke
Surga tempat yang sangat indah. Arram pun berteriak mengucapkan dua kalimat
syahadat. (hlm. 114).
Bom menghancurkan
rumah Azimah. Perang di Aleppo tak hanya tentang bom dan senjata laras panjang.
Namun, dampak perang akan membunuh mereka secara perlahan. Umi Fatemah mencari
tiga anaknya yang berada di rumah. Rumahnya sudah hancur akibat bom yang mendarat
jatuh ke rumah Azimah. Kak Barend dan Dek Halabi terluka parah. Sedangkan Azimah
hanya terluka ringa. Akhirnya, Umi Fatemah memutuskan untuk membawa
anak-anakmya ke rumah sakit dengan mengendarai mobil dengan cepat dan panik. Sesampai
di rumah sakit Dek Halabi dan Kak Barend mendapatkan perawatan. Umi Fatemah
memutuskan untuk ke rumahnya mencari sisa uang yang ada untuk biaya kedua
anaknya. Beberapa bulan kemudian Dek Halabi sudah tidak bisa diselamatkan
sedangkan Kak Bareng harus menggunakan kursi roda untuk berjalan.
Sepulang
dari rumah sakit Umi Fatemah memutuskan untuk tinggal di Pengungsian karena
rumahnya sudah hancur. Mereka harus menahan lapar dan mendengar suara bom. Kini
hidupnya dengan derita di Kota Aleppo. Umi Fatemah, Kak Barend dan Azimah yang
biasanya tinggal ditempat yang mewah kini harus merasakan kepedihan yang
mendalam dan menahan lapar. Tapi mereka tidak lupa dengan Sang Pemilik
Kehidupan, meski dalam keadaan kesulitan mereka tetap melaksanakan solat dan
menghafal al-quran.
Azimah
adalah gadis yang polos dengan mudah ia bergaul dengan orang lain. Ia bertemu
dengan relawan yang membantunya untuk mendapatkan makanan. Azimah sangat akrib
denga tentara Idris dan ingin diberikan Al-quran.
Hari
makin hari Azimah sangat lapar karena bantuan sudah tidak ada yang berani untuk
masuk ke pengungsian. Tanpa disadari Kak Barend pun dipanggil dengan Allah swt.
Kak Barend tenang di surga bersama Abi Syarif, Kak Arram dan Dek Halabi.
Tinggal
Umi Fatemah dan Azimah. Umi Fatemah memilih untuk pindah Negara untuk hidup
layak bersama Azimah. Akhirnya, Umi Fatemah membawa Azimah berjalan menuju
kapal pesiar. Perjalanan banyak rintangannya, penuh dengan keresahan dan
kepedihan. Azimah pun sangat lelah dalam perjalanan menuju laut untuk naik ke
kapal yang akan membawanya ke suatu Negara.
Para
pengungsian berbondong-bondong membawa barang mereka masing-masing untuk
mencari kapal yang akan membawanya. Di perjalanan ada orang yang memberitahu
untuk solat tetapi sebagian orang menganggap ia gila. Tanpa disadari orang
tersebut mengajak untuk solat dan pada akhirya mereka solat berjaamaah di pasir
yang gersang.
Sesampai
di laut ternyata tidak ada kapal pesiar yang dijanjikan. Ada kapal kecil yang
tidak cukup membawa mereka. Tanpa berpikir panjang Umi Fatemah dan Azimah naik
kapal tersebut dan tiba-tiba kapal itu hanyut. Dan laut dipenuhi dengan
manusia. Umi Fatemah memberikan pelampung ke Azimah. Umi Fatemah dipanggil oleh
swt menyusul Abi Syarif, Kak Arram, Kak Barend dan Dek Halabi.
Azimah
ditemukan oleh para relawan di Turki dibawanya ke rumah sakit. Lalu Azimah oleh
Pak Musa pejual kebab Turki dan Bu Musa. Pak Musa berjualan kebab di Paris
lebih menguntungkan.
Hari-hari
Azimah penuh kesendirian meski ia sudah mempunyai orangtua angkat. Azimah bersekolah
di Negara Paris. Bertemu sahabatnya yang bernama Gwen yang baik kepada Azimah. Sedangkan
teman yang lain memandang Azimah sebelah mata.
Ibu angkatnya
sangat tidak suka dengannya. Setiap hari Azimah harus membersihkan rumah dan
tidak diperlakukan baik oleh Bu Musa.
Guru
Azimah yang bernama Madame Karine mencari-cari tahu Nabi Muhammaad saw dan
tertarik untuk belajar agama Islam. Madame Karine memberikan selembar kertas
pada Azimah untuk mengikuti lomba hafalan al-quran.
Semua
pada hadir untuk mendukung Azimah pada perlombaan hafalan Al-quran. Tanpa disadari
Azimah tertabrak mobil saat berfoto bersama. Pengendara mobil sedang mabuk dan
menabrak tubuh mungil Azimah. Dan Azimah pun menyusul Abi Syarif, Umi Fatemaah,
Kak Arram, Kak Barend dan Dek Halabi.
#tugas2
#rco
#reviewtokoh